Kembali ke dalam

Saya terbiasa dengan segala yang teratur, terbiasa dengan sesuatu yang direncanakan.

Keluar dari rencana adalah sesuatu hal yang menguatirkan buat saya hehehe

Dan somehow saya seringkali merasa harus sempurna dalam mengerjakan atau menghasilkan sesuatu.
Saya juga tidak terlalu biasa mengeluarkan perasaan yang dirasa selain ke orang terdekat.
Yaaa kebiasaan dan tuntutan seperti nya

Akhir-akhir ini saya seperti ditarik dan diingatkan terus menerus untuk menerima semua hal dengan lebih legowo, dengan lebih relax, seperti ada yg ngomong…it’s ok if not perfect..it’s ok if your plan doesn’t work completely terus menerus di telinga saya.

Ada beberapa kejadian Allah kondisikan untuk saya dalam proses ini,

Pertama,
Saya dipertemukan dengan teman-teman yoga yang kebetulan guru nya sangat menghargai masing-masing individu, tidak menyamaratakan bahwa setiap muridnya harus melakukan pose yang sama sempurnanya satu sama lain. Karena yaa setiap individu berbeda, punya kapasitas dan genetik yang berbeda.

Dan gerakan yoganya seperti tidak ada aturan yang baku…kadang pemanasan seadanya tiba-tiba harus angkat-angkat badan (tapi saya percaya pemanasannya efektif dilihat setelahnya badan kami tidak ada yang sakit), kadang kami disuruh savasana setelah melakukan gerakan yang cukup menguras hanya untuk menurunkan sejenak detak jantung padahal savasana biasanya untuk mengakhiri latihan . Setiap gerakan nya mengalir seperti air dan tidak bisa kami duga. 😍

Kedua,
Ada seorang teman tempat saya berdiskusi bilang, “tenang saja, semua sudah ada yang mengatur, sudah ada takdirnya”, kalimat itu aja udah bikin saya terdiam sejenak dan mengambil nafas panjaaaang. Seperti menghentikan saya sejenak. Longgarkan genggamanmu Dy.

Dia juga mengingatkan untuk kembali ke diri, menyatu dengan diri, brace your self and accept your self, ambil waktu sejenak setiap hari untuk duduk diam bertafakur merasakan apa yang dirasakan diri yang mungkin selama ini kamu abaikan 😢
dan saya langsung cirambai setelah melakukannya…

Ketiga,
Sekolah tempat anak saya belajar.
Heeeem dia yang belajar, saya yang kena efeknya hehehe
Di sekolah ini awalnya bikin saya gregetan, karena terbiasa dengan sistem keteraturan yang kaku itu. Di sini seperti berjalan begitu saja, sistem tetap ada tapi kadang seperti ketidakberaturan.
Tapi ternyata saya lagi diajarin sama Allah… terutama untuk merayakan hidup, untuk menikmati hidup yang mengalir, rencana boleh dibikin tapi selama proses dan hasil akhir adalah kehendakNya.

Apa coba yang memicu saya?
Acara2 di sekolahnya, yang paling besar ketika perjalanan besar (baca di sini), yang paling terbaru adalah acara Selametan kemarin.

Kemarin pertama kali nya ada Pasukan Baris Berbaris, sebagai mantan paskibra, pastilah aturan upacara itu sangat baku dan kaku. Terbayangkan gimana rasa saya kalau masih seperti saya yang ditulis di atas! Hahahaha
Saya belajar, bahwa aturan-aturan itu hanya menjadi garis besar kita untuk melakukan sesuatu tapi tidak jaminan menjadikannya lebih baik!
Aturan itu diadakan dengan harapan kita bisa melaksanakan dengan baik luar dalam, tapi seringkali aturan baku dan kaku itu menjadi fokus utama bukan hasil akhirnya.
Toh saya malah termehek-mehek upacara kemarin daripada upacara di Istana Negara ☺️

Saya belajar, mau seperti apa proses yang dilaluinya hasil akhir adalah kehendakNya

Dia hanya mewajibkan kita untuk berencana, untuk berusaha, bukan untuk selalu menjadikan keinginanmu.
Yang paling terpenting….untuk menghargai anakku lebih, bahwa ia punya waktunya sendiri, bahwa ia punya inginnya, ia punya rencananya, ia punya dirinya sendiri.

Tugasmu hanya membantunya, mendampinginya, mengarahkannya, menjadi busurnya, karena proses mencari target adalah prosesnya, bukan prosesmu, bukan inginmu, diiringi dengan kepercayaan penuh pada Sang pemegang busur dan panah, bahwa target yang di tuju adalah kehendakNya


Ini peristiwa akhir-akhir ini yang mempengaruhi saya. Di ketiganya saya merasakan ketenangan yang mungkin lama tidak saya rasakan, tapi ketiganya sekaligus tetap memberikan semangat untuk terus berusaha!

Untuk saya proses ini tidak mudah, banyak tembok yang harus saya robohkan pelan-pelan, banyak hal yang harus diolah otak saya sehingga saya merasa nyaman dan mengerti.
Ternyata ikhlas bukanlah sekedar ikhlas di mulut atau di hati tapi itu adalah kondisi yang harus terus menerus diusahakan, dipelihara, dipupuki, disiram dan dijaga, karena entah kapan kau bisa terus merasakannya.

Untuk mereka yang bersimpangan, saya juga melepaskan diri untuk tidak mengikat, karena Dia yang sudah mengatur dan Dia juga yang bisa mengakhiri.
Terima kasih ☺️🙏🏽

Leave a comment