Another way to Mega

Heeemm… 

Menyusun cerita sambil mengingat perjalanan minggu lalu. 

Sabtu, 26 Agustus 2023. 

Katanya sih kali ini perjalanan sekali seumur hidup, yang saya aamiiinkan diakhir perjalanan. 

Fuiiiiih, bingung mulai dari mana yaaa😄 

Coba kita mulai dari rayuan maut duo YO! Yunan & Ori. Dua orang ini super keukeuh merayu saya dan Nila untuk ikut hari sabtu itu, sampai detik-detik terakhir hari Jum’at malam, yang membuat akhirnya luluh dan besok jam 4 subuh udah siap-siap ngumpul hahaha, bahkan sangking semangatnya Ori, yang biasanya dia telat mulu malah datang pertama! 

Why once in a lifetime?? Karena kalau disuruh engga bakal mau!! Cukup sekali aja. 

Perjalanan hari itu mau ke Puncak Mega Gunung Puntang, so…? (aiih!) tapi lewat jalur yang tidak biasa, bukan dari PGPI, bukan dari Gunung Sangar…terus lewat mana….heemmm, namanya tanjakan istigfar. 

Baca namanya aja bikin dahi mengerut, kok ? 

Kami memulai dari BC Pasir Ipis, bukan dari BC Gunung Sangar seperti biasa, karena jalan ke BC Sangar lagi di beton. Jam 8.30 an kita berangkat. Menyusuri ladang, melewati sungai kering, lanjut ke Pos 1 persimpangan dari arah BC Sangar, di bawah pohon Pinus.

Lanjut menuju hutan yang bikin perjalanan adem. 1,5 jam perjalanan sampai di pos 2, mendongakkan kepala dan puncak Sangar ada di atas, yap! Benar, kami jalan di kaki gunung Sangar. Lembah antara Punggungan Naga gunung Sangar dan Pasir Ipis. 

Jalur ini pernah kami gunakan ketika ke Puncak Junghun/Puncak Pasir Ipis bulan Mei tahun lalu. 

Masih ingat juga sih akan bertemu 2 sungai dan tanjakan Rock and Roll, artinya harus menyiapkan fisik nih. 

Setelah melewati sungai ke-2, waktunya gigi 1. Karena ini akan full tanjakan yang lumayan. Sampai di pos 3 kami isoma, menguatkan fisik dan mengisi jiwa. 

Lanjuuuut.

Masih tanjakan yang…tak berkesudahan, lalu pohon-pohon menipis, sinar matahari jadi begitu cerah menerpa badan, ini tanda bahwa kami sudah tiba di tanjakan Rock and Roll. Diberi nama oleh kang Andi, karena tanjakan ini penuh dengan batu! Kami harus hati-hati memilih pijakan yang kira-kira tidak membuat banyak batu bergerak. Seems imposible sih, begitu ada batu yang mengelinding harus langsung berteriak memperingatkan orang yang ada di bawah, agar waspada. 

Untungnya kali ini, ada webing yang dipasang, sehingga sedikit memudahkan, kebayang di musim kering ini, ngegelosor bukan di tanjakan pasir tapi di tanjakan batu!

Jam 13.15 sampai juga di ujung tanjakan Rock and Roll ini, namanya Datar Anjing. Mungkin sering jadi tempat ngumpul anjing-anjing berburu di sini. 

Dari sini ada persimpangan. Ke arah kiri menuju puncak Pasir Ipis/Junghun, kami ke kanan…menuju puncak Mega. 

Sepertinya tidak banyak yang melalui jalur ini, karena ilalangnya cukup tinggi dan lumayan rapat, 10 menit ke depan saya baru tahu jawabannya. 

Jalan setapak memang sempit, tapi masih banyak ilalang dan pohon di sekitarnya, lalu ada plakat “Tanjakan Istigfar”… Here we go! 

Yunan sudah bersiap dibelakang saya untuk membantu Nila, Ori ready di belakang Nila. Dibelakangnya ada tim swiper. Saya masih ok jalan sendiri di depan, mencoba melihat rombongan yang sudah terlebih dulu jalan. 

Makin lama pohon-pohon disekitar berkurang dan hilang. Ilalang juga memendek dan jalan setapak semakin kecil. Ini sambil nanjak loh yaaa. Lama-lama kok kaki semakin lemas, beberapa kali minta Yunan mendorong dari belakang untuk melewati undakan yang cukup tinggi. Lalu saya berhenti sejenak dan melihat teman-teman di belakang…barulah saya mengertii kenapa tidak banyak orang lewat jalur ini, menyadari bahwa ini jalur yang sangat tidak biasa! 

Jantung berdetak kencang. Tapi harus tetap tenang. Salah satu yang saya syukuri….kami mengisi amunisi fisik sebelum naik jalur ini hehehe jadi perut tenang, pikiran ikut tenang. 

Sambil mengatur nafas perlahan, bibir dan hati terus berdoa dan berdzikir. Ya Robb….

(pantas saja disebut Tanjakan Istigfar)

Di tengah jalan, kaki Yunan kram (it’s never happend before!) yang akhirnya Kang Bembi mengambil alih menemani Nila. Posisi berubah, Yunan di depan saya dan waktunya tepat! Karena medan yang dilalui benar-benar membuat saya tiba-tiba tidak bisa berdiri! 

Kaki lemas, yang akhirnya…ngarondang…ngarayap harus dilakukan demi bisa tetap maju. 

Di beberapa bagian yang memungkinkan saya masih bisa mengambil Hp untuk berfoto, yang sebenarnya itu hanya untuk menghibur diri dan menenangkan hati. 

1,5 jam di tanjakan ini berasa cape sangat! 

Ketika menginjak kaki di tugu merah Puncak Mega….rasanya legaaaaa! 

Eh tapi….aaaaah udah makan dulu lah! Hahaha 

40 menit kami menikmati Puncak Mega dengan awan yang silih berganti. Untungnya hari itu matahari disembunyikan awan, sehingga tidak begitu terik, tidak mau membayangkan kalau ditemani matahari tanpa awan di tanjakan tadi. Fuiiih alhamdulillah.

Jam 16 kurang kami bersiap turun lewat Punggungan Naga Gunung Sangar. Iya kami nge-loop, tidak mungkin melewati jalur yang tadi untuk turun. (sebelumnya ada yang ngajak berbuat, karena engga ingin pengalaman waktu itu terulang..kebelet di jalur punggungan naga hahaha)

Nah jalur pulang ini yang “Eh tapi..” tadi hehehe, meski tidak setipis jalur naik, tetap harus waspada di jalur ini. 

Batu Legend/batu Lion King, jadi hiburan sedikit lah untuk melemaskan otot. Sibuk berfoto di sini, meski dengan kaki gemeteran hahaha.

Yu yuuuuu cepat turun…matahari sudah mau tenggelam nih. Karena musim kering, jalur ini jadi licin dan berdebu, harus hati-hati, apalagi turun. 

Jam 18 kami sampai di puncak gunung Sangar. Malam itu puncak Sangar penuh dengan tenda.

Perjalanan turun dari puncak Sangar, head lamp harus dinyalakan, melewati ilalang tinggi dan jalan tanah kering berdebu membuat kami tidak bisa terlalu cepat. Jalur ini ujungnya di mesjid BC gunung Sangar, tapi itu bukan tujuan kami, karena kendaraan ada di BC Pasir Ipis. Dengan sedikit drama karena jalur sudah banyak berubah, akhirnya kami sampai BC Pasir ipis sekitar jam 20 kurang. Alhamdulillah. 

Hanya bisa mengucap syukur dan berterima kasih karena kami semua sampai dengan selamat tanpa kurang apapun. Beristirahat sebentar di BC lalu satu persatu beranjak dengan doa dan rasa rindu pulang, ingin cepat sampai di rumah. 

Terima kasih yaa yang menemani dan ditemani. 

Cukup sekali aja ok! 

Note : jalur ini sangat tidak direkomendasikan!✌🏽

Leave a comment