Jayagiri (jalur pipa air)

That morning I whispered …

“Happy to see you all again! 🌲
Thank you for being here
Thank you Allah to let them grow
Tell everyone that I love you and thank you”

And here they are…
Give you all the love
Fulfill your mind and soul
And make you feel…enough

Masya Allah
Tabbarakallah
Alhamdulillah

———————————————

Hutan terdekat dari rumah. Waktu normal dari rumah ditempuh lebih cepat dari pada ke pusat kota. Jam 7 pagi masih terasa dingiiin, tapi matahari sudah bersinar di sela pohon pinus, cahayanya tuh yaaa…Cahaya Illahi pisan! 😁 September ini lagi lucu-lucunya.

Memang… tidak jauh setelah masuk gerbang sudah disambut dengan tanjakan. Menyusuri jalur legend pipa air, dinikmati dengan sukacita!
Jangan terburu-buru.
Nikmati setiap langkah, sambil menyesuaikan nafas yang memburu.

Lihat ke bawah melihat kaki yang akan membawamu tapi jangan lupa liat ke depan takut kejeduk batang pohon yang tumbang melintas di lintasan 😁
Perhatikan deh batang pohon itu, meski sudah mati, tapi masih menjadi rumah bagi mahluk hidup yang lain, ada jamur, ada serangga atau juga binatang melata lainnya. Tidak usah takut, mereka engga akan ganggu kalau engga diganggu, cukup sapa saja tanpa menyentuh.

Lanjut berjalan.
Lihat ke atas. Nikmati langit biru dan awan putih bercengkrama.
Lihat ke kanan menikmati cahaya matahari yang kadang menerpa muka yang sudah berkeringat.

Cape? İstirahat lah sejenak, cari tempat yang bisa diduduki.

Di sebelah kanan kiri jalur ini selain pohon pinus ada juga pohon kopi, kalau lagi beruntung ada yang sedang berbunga dan wanginya semerbak!
Kalau engga ada, yaa cukup menikmati pohonnya dan mengingat ini tuh pohon yang buahnya suka diminum banyak orang!

Kalau sudah bertemu jalan melandai, tandanya hampir sampai nih bukan puncak sih tapi coba lihat ke depan, perlahan ada warung terkuak, yaa betul! Ada Warung di Tengah hutan, bahagia yaa rasanya. Warung Nengsih ini ada gorengan hangat siap menyambut, kadang juga ada semangka segar atau butuh tenaga? Minta Teh manis hangat. Istirahat sejenak di sini mengisi tenaga dan bertemu para pejalan lainnya. Saya sih menunggu gehunya matang! (Note: hanya buka weekend aja). Tenaga sudah pulih, waktunya kita tentukan pilihan.

Di depan warung ada jalur makadam (alias Mc Adam) jalur kendaraan four wheels melintas. Ini jadi persimpangan tujuan. Kalau mau ke Puncak Jayagiri atau sekedar mendengar cerita mak Idah, tinggal menyebrang dan ambil jalan lurus. Atau ingin ke Benteng Belanda Cikahuripan? Ambil jalan ke kiri. Atau ingin ke gunung Putri lihat pemandangan kota dari atas, ambil jalan ke kanan.

Simple sepertinya, padahal tidak.
Jayagiri itu hutan di kaki Gunung Tangkuban Perahu, wilayahnya sekitar 7 Hektar dengan ketinggian 1450an MDPL. Ada banyak jalan menuju hutan ini, ada banyak jalur dan dengan luasnya hutan ada banyak yang bisa dijelajahi, ada banyak aktivitas yang bisa dilakukan.

Salah satu yang menjadi favorit saya…berjalan di hutan Pinus depan warung Nengsih, gelar flysheet di bawah pohon Pinus, buka kompor, masak air, sambil menunggu, bersandar ke tas atau pilih batang pohon favorit. Hirup sepuasnya udara bersih dan segar sambil menutup mata, isi penuh paru-paru dengan oksigen murni. Sesekali buka mata dan lihat ke atas, ada pucuk pohon pinus di sana, bergerak tertiup angin. Oiya kalau beruntung ada angin berhembus hingga terdengar bunyinya melewati batang-batang pinus. Masyaallah.
Di bulan terang seperti ini, para motor trail tidak terlalu antusias, jadinya duduk di bawah pohon Pinus bisa diresapi dengan tenang.

Sudah cukup menikmati pinus, jalan sedikit lagi sampai ke mak Idah, musim panas begini, arbei di sebelah rumah mak Idah rasanya manisss, tapi jambu batu pink belum berbuah lagi. Sekedar membeli cemilan dan minum di mak Idah kita lanjut ke puncak Jayagiri.

Puncak Jayagiri sering dijadikan tempat kemping, tapi sejak ada tempat kemping kekinian di sebelahnya, puncak Jayagiri sering jadi tempat pembuangan kotoran Kuda-kuda mereka 😒

Dari sini, kita jalan ke arah utara, menuju hutan Tangkuban Perahu, bisa ke kiri ke Leuweung Kunti atau ke kanan ke Leuweung Ti’is. Kalau ingin ke Lorong Lumut, ambil kanan, nanti di sebelah kanan akan bertemu dengan batang pohon yang seperti gerbang, itu tanda ke Lorong Lumut. Kalau mau ke kawah Upas cukup dilewati saja gerbangnya.

Hutan Tangkuban Perahu ini, sudah hutan beneran, banyak pohon besar berbagai spesies, banyak lumut juga anggrek hutan. Tidak begitu rapat, tapi menyenangkan, apalagi bulan-bulan ini…tidak terlalu lembab, tidan becek, kalau saya…pilih pohon kering dan relatif bersih untuk dipeluk! 😙

Menikmati lorong lumut sebentar lalu jalan ke arah sebaliknya, nanti bertemu jalan beton, ini jalan dari Cikole, sebelah kiri jalan ada jalur mountain bike, jangan lewat situ yaa bahaya, telusuri saja ke bawah akan bertemu cafe pop up dan pintu masuk pemilik kuda tadi. Nanti ada petunjuk arah untuk jalan masuk kembali ke hutan, melewati makam dan nanti akan kembali ke hutan pinus depan warung Nengsih.

Asikkan! Jangan lupa menyapa pohon ataupun burung yang melintas yaa.

Menjelajah kaki gunung Tangkuban Perahu ini engga ada habisnya! Saran saya, untuk kamu yang belum pernah ke sini, cari teman atau guide untuk menemani yaa, meski masih ada penduduk lokal yang mencari rumput tapi karena banyak jalur, bisa dengan mudah tersesat. Kalau kamu sudah terbiasa, coba datang hanya 1-2 orang teman, biasanya perjalanannya jadi lebih syahdu ☺️


Lain kali aku cerita jalur sebelah yaa yang ujungnya juga ke Jayagiri. Untuk sekarang kembali ke warung Nengsih dan pulang lewat jalan sebelah kiri, melewati kebun kopi.

Selamat menikmati hutan.

Jangan lupa bawa sampahmu. Jangan tinggalkan api.

Leave a comment