Bukittunggul

Bukittunggul. Bukit Tunggul.
Gunung Bukittunggul.

Membingungkan awalnya yaa hehehe. Gunung tapi Bukit. Bukit tapi tinggi. Hahaha
Percaya deh itu mah cuma namanya aja Bukit, sebenernya mah memang Gunung!

Dengan 2206/2209 mdpl membuat Gunung Bukittunggul menjadi gunung tertinggi di wilayah Bandung Utara-Timur.
Kalau dilihat dari kejauhan, bentuk gunung Bukittunggul benar-benar berbentuk segitiga hampir sempurna gitu.

Dari awal saya sudah mendengar kalau medan menuju puncaknya sedikit mirip dengan Burangrang tapi dengan puncak yang seperti Manglayang, artinya engga ada pemandangan instagramable dari puncak ke bawahnya. For me mah it’s ok!
Karena hal itu juga gunung ini jarang peminatnya, engga sebanyak gunung-gunung lain yang memiliki puncak terbuka.
Tapiiii ini yang membuat hutannya lebih rimbun!

Jalur menuju basecamp melalui jalan Maribaya lalu belok ke kiri ke arah kampung Pasir Angling. Jalan kampungnya bagus tapi sempit, sedikit curam di awal, pas banget untuk 1 mobil jadi banyak sabar kalau berpapasan, disarankan sih memang naik motor saja.

Hanya 1 jalan tanpa cabang langsung menuju hutan pinus, ada tempat parkir di sana.

Di tempat parkir saja sudah terasa sejuuuk, pohon pinusnya tinggi-tinggi. Ada tempat camping, mushola dan toilet yang cukup layak.

Mungkin karena tidak terlalu ramai, seringkali penjaga loket belum ada kalau kita datang pagi-pagi. Kemarin kami dihampiri dengan bapak mantan ketua RT dan seorang petugas karcis.

Pengelola Setelah melapor, mulailah penjelajah baru 😍

Ada 2 jalur menuju pos 1, yang pertama, jalur motor penduduk, landai berkelok atau jalur kedua,jalan setapak penduduk menembus hutan pinus & kebun kopi, medannya menanjak lumayan curam tapi menghemat waktu. Kami pilih yg kedua.
Sambutan yang engga basa-basi ini!! 😅
Nantinya bertemu juga sih dengan jalur pertama. Tapi banyak potong jalur.
Tiba di pos 1 ada di dekat lembah yang banyak tanaman bunga lonceng putihnya.

Banyak jalur menuju pos 2, yang paling cepat memang jalan di depan tanda pos 1, sebelah kiri dari arah datang, masih menanjak membelah kebun kopi.
Di pos 2 kami memilih istirahat sebentar, menyiapkan diri menuju pos selanjutnya yang katanya lebih curam.

Menuju Pos 1

Menuju pos 3 sudah mulai memasuki hutan dan dimulai lah mencari batang pohon, ranting, akar gantung, merayap, meluk pohon, segala caralah biar terus naik.

Ada medan yang cukup curam dengan tanah yang murudul tanpa ada pohon besar di sekitarnya, untung saja ada akar gantung menjuntai dari semak-semak entah dari pohon yang mana. Bantu banget untuk naik. Turunnya gimana? Ngga usah dipikirin sekarang lah!

Pos 3 ke 4, jalur mulai ada batu-batu besar, atau manjat akar-akar pohon, udah kaya naik tangga ke genteng aja sih hehehe

Mendekati pos 5, jalurnya sudah mulai banyak tanah empuk bergizi humus, berlanjut sampai puncak nih jalur seperti ini.

Puncaknya tidak terlalu besar tapi banyak tempat untuk gelar tiker buat botram. Buat saya sih suasananya enak banget, pohonnya teduh, adem, enak banget buat bobo hehehe.

Vegetasi.
Hutan di Bukittunggul ini menurut saya sih bagus banget, hampir mirip dengan hutan Jayagiri tapi lebih lembab dan tinggi-tinggi.
Menuju pos 1 – pos 2 dipenuhi dengan pohon pinus yang tinggi-tinggi ( saya jarang lihat pinus yang diambil getahnya, hampir tidak ada malah), diselingi dengan tanaman kopi di bawahnya. Antara pos 2 ke pos 3 banyak pohon buah, saya melihat pohon alpukat, konyal alias markisa dan pohon pisang. Pohon Arbei juga banyak tapi belum berbuah.
Pos 3 sampai 5 banyak pohon besaryang diselimuti lumut dari bawah sampai ke atasnya, lumutnya tebal-tebal, sampai gondrong lumutnya.

Pohon ekor monyet atau pakis hutan tinggi menjulaaang! Anak-anaknyapun menyebar di mana-mana.

Tanaman sejenis honje ada tapi tidak sebanyak di jayagiri, akarnya pun tidak merah tapi hitam.
Mendekati puncak mulai banyak tanaman-tanaman semak berbunga kecil.

Overall, saya suka hutan di sini, dan yang terasa berbeda dari jayagiri….ngga ada bunyi motor meraung-raung 😬

Setiap perjalanan pasti berbeda.
Begitupun kali ini, dengan kondisi perut yang lagi ‘diremas’ membuat keseimbangan saya sedikit berkurang, lemas sih engga, tapi badan seperti harus berbagi fokus, walhasil perjalanan turun saya sedikit lambat, apalagi di jalur yang curam.
Banyak waktu untuk berbicara pada diri, pada bagian diri yang kadang saya marahi 😁 tapi kali ini engga, saya sadar bagian itu pun harus selalu saya syukuri.

Satu hal yang saya katakan pada diri,
Ditemani saat sepi itu biasa,
Tapi ditemani dikeramaian itu luar biasa.
For those who already found it, don’t take it for granted cause not everyone can do that.

Bukittunggul…tunggu saya kembali ya!

Leave a comment